Minggu, 25 Juli 2021

Secangkir Coklat Jika Masih Sempat

Kamu seperti sepenggal lagu lama yang tiba-tiba kunyanyikan...
Kadang nadanya riang
kadang terdengar risau
kadang juga resah

Haruskah kita dengarkan bersama? Dengan secangkir coklat jika masih sempat

Kamu satu-satunya manusia yang meninggalkan fantasi dalam imajinasiku...

aku tidak menginginkan apapun karena aku sudah terikat dengan benar.
yaa doamu mengikatku pada tiang yang seharusnya.
terimakasih dan maaf walau harusnya aku tidak pernah mengucapnya...

ku doakan kau selalu bahagia dengan hatimu...
Dengan secangkir coklat yang akan membuatmu tersenyum 😊

(akhirnya menulis lagi setelah sekian lama resah ini disimpan... untuk manusia yang pernah begitu aku sukai dan sayangi tapi begitu parah kulukai)

Rabu, 22 Maret 2017

Workspace

ternyata ada sebuah ruang yang kita tinggalkan ketika kita memasuki ruang-ruang baru. 
ruang yang lebih kosong dari ruang yang ditinggalkan.
ruang-ruang yang penuh dengan obat sakit kepala.
minyak angin.
dan air putih di botol minum.

ruang itu terang membuat mata kita sakit.
tidak pernah ada cinta dalam ruang itu.
kecuali muka-muka cemberut zombie yang kepalanya diolesi minyak angin.

ruang yang tidak mengzinkan kita tidur nyenyak.
ruang yang setiap harinya membuat kita mengulang keseharian seperti robot.

ruang yang ditemani hantu-hantu bergentayangan.
jadi teman dalam satu ruang.

ruang tempat kita nonton televisi bersama dengan wajah lelah.
ruang dengan makanan yang itu-itu saja.

ruang kita berbagi makanan dengan hewan.
tapi kita tidak seperti hewan.

ruang yang jadi tempat kita melompat untuk mendapatkan tujuan kita selanjutnya...


Sunrise Garden, Kebun Jeruk.
22 Maret 2017

Minggu, 02 Oktober 2016

Hari Itu Subuh

Entah sudah berapa banyak aku bertanya padamu.
Mau kau jadikan aku manusia seperti apa?
Apa yang mau kau ajarkan padaku?
apa lagi yang akan kau ambil lagi dariku?
Secara nyata kau tau kalau aku miskin dalam fisik, pisikis, perasaan, materi dan spiritual.
Ketika kau ambil sesuatu lagi dariku. Maka aku akan jadi pengemis.
Mengemis padamu tentang apa yang sebenarnya ku kembalikan padamu.

Aku seperti rumah kosong yang pintunya sudah tidak bisa diketuk dari luar.
Dengan pintu jati kokoh yang sulit juga untuk didobrak.
Suatu ketika dengan hati-hati ku persilahkan seseorang masuk.
Dia masih di dalam sini, membawa dongeng yang orang lain tidak punya.

Lalu mereka, kubiarkan di luar.
Terkadang dengan angkuh mereka mencemooh aku yang lebih senang menyembunyikan diri.
Ketika kau membiarkan aku menjauh dari dunia yang risih.
Mereka yang ku tau isi otaknya kini tak lagi ku kenal.
Ku biarkan mereka bergosip di depan pagar rumah.
Bukan untuk membuat mereka merasa senang, tapi karena hidup dengan tekanan adalah hidup paling kasihan.

Kamu menciptakan manusia seperti aku yang tidak suka paksaan.
Karena rasa terpaksa selalu meninggalkan luka dari kata-kata si pemaksa.
Dan mereka merasa benar, tidak pernah merasa bersalah.

Maka aku hidup dengan tidak menghormati kaum seperti itu.
Aku juga pernah memaksa orang lain, maka aku menyesal pada setiap hal itu.

Pada karakter yang sudah kau buat dan melekat pada diriku.
Aku tidak pernah menyesal dan berniat merubahnya.
Karena aku tau, karakter dan sifat seseorang hanya bisa berubah ketika dia mendapatkan goncangan besar pada dirinya.
Maka aku sebal dengan manusia yang mengubah karakter yang ku buat susah payah jadi begitu mudah.

Aku bingung kenapa ini ku tulis.
Mungkin ada resah yang sering membuatku marah.

Sebentar lagi gadis ini umurnya 22 tahun.
Gadis yang kau buat menjalani 6 tahun hidupnya tanpa ayah.
Dan 2 tahun hidupnya tanpa ibu.
Gadis ekstrovert yang makin tahun makin introvert.
Gadis yang tidak lagi suka keramaian.
Dan ingin tidur tenang tanpa beban di ketiak kekasihnya secara halal.

Subuh itu akan datang, hari dimana pagi mengiri tangis di pemakaman...
Aku selalu ingat...
Hari dimana aku terus menuntutmu sebagai tuhan...

Pesona Laguna, Depok 2 Oktober

Sabtu, 23 April 2016

Selamat Pagi Patah Hati

Terkadang aku bertanya haruskah aku mencintaimu dengan sebuah puisi?
Dengan menyamakan alam pada dirimu?
Atau mengumpamakan dirimu pada kuning telur di indomie yang ku makan?

Tapi yang ku pilih justru seperti putih telur pada indomie rebus, selalu ku nikmati belakangan. Dan memakan hal-hal yang tidak ku suka duluan selalu lebih menyenangkan...

Kamu mengatakan bawah menyayangimu penuh kesedihan dan itu tetap aku nikmati.
Lalu menyayangiku penuh dengan kemarahan dan tetap kau nikmati.

Aku tidak lagi bertanya alasan apa aku jatuh hati, meski kamu selalu bertanya alasan apa  kamu jatuh hati.

Aku muak dengan puisi romantis itu, penuh cinta tapi omong kosong.
Tulis-tulisan yang tidak pernah bernama.
Tidak pernah bertuan.
dan tidak beralamat...

Selamat pagi patah hati.
Karena kau memberi hati pada orang lain, maka orang lain selalu punya kesempatan mematahkannya...

Sabtu, 26 Maret 2016

With...

Sudah lama hilang.
Rasanya lelah.
Punya kecewa.

Untuk apa berteman tapi merasa bemusuhan.
Untuk apa merasa baik tapi luka diam-diam.
Untuk apa diam tanpa melukai tapi dilukai.

Aku pengingat yang kejam.
Dendaman.
Penyimpan.
Meluapkan.
Lalu menghilang diam-diam.

Bukankah bagus bisa merugikan tapi tidak terlihat.
Bukankah antagonis tidak perlu tahu dirinya antagonis.
Lalu terus merasa baik.
Tanpa alasan.

Pembelaan diri memang menyenangkan.
Semenyenangkan menonton dan jengkel belakangan.

Diam memang menyebalkan.
Menghilang bukan berarti tidak membutuhkan.

Siapa yang dibisik.
Hanya tersenyum.
Dibalik menghunjat.

Bagaimana bisa tersenyum.
Jika pikirannya kotor.

Tidak pengertian.
Dan tidak dimengerti.
Lalu.
Buat apa teriak dan buang-buang waktu.

Semua selesai di balik diam.
Aku hanya perlu pengertian.
Ketika kita tidak perlu mempertanyakan kebencian.

Bibit kebencian tidak pernah seperti rumput liar.
Atau pohon serry.
Tidak tumbuh di pinggir selokan.
Tapi tersebar dan tertanam.

26 Maret Cilangkap Tapos. Depok
Sudah lama tidak menulis blog.
Ruang rindu yang hilang begitu saja.
Bukan tentang perempuan.
Tidak membicarakan perempuan.
Mungkin laki-laki.
Tidak perlu kepedean.
Ini mungkin hanya tulisan.
Tulisan cumbu yang mencemburu.
Bukan juga tentang seseorang.
Kamu.
Tidak juga.

Sabtu, 30 Januari 2016

Apa yang Mencair

Tau kah kamu kenapa gunung es mencair? Menurut ku karena katahari membagi sesuatu pada bulan.
Atau karena matahari membagi dirinya pada planet lain.

Katanya kalau sampai semua gunung es mencair maka bumi akan tenggelam.
Sepertinya setiap matahari membagi bagian dirinya, satu gunung es mencair di belahan bumi.

Aku melihat dia terus mencair, dan bumi diam melihat matahari tidak pernah utuh untuknya. Bumi usang, rusak, kotor, dan matahari juga diam membiarkannya rusak.

Aku bingung, kenapa matahari berdiri di dekat bumi jika tidak mencintainya. Membiarkannya berotasi mengitari dirinya jika tidak mengharapkannya.
Kenapa harus mengizinkan, jika ternyata banyak planet yang sedang dia pilih.
Apa karena kamu begitu besar? Begitu hangat? Begitu hebat?

Gunung-gunung es yang sudah mencair itu bukti bahwa matahari yang besar diciptakan memang bukan untuk setia.

Cimanggis, Depok.
30 Januari dini hari

Minggu, 08 November 2015

Sedang tidak dalam kondisi baik

Ngeblog karena lagi ada yang senang buat cek blog *kepedean*

Jadi inget obrolan sepanjang jalan cikini - cengkareng dan berjam-jam diskusi soal menanamkan pemikiran buruk pada orang lain.
Sambil ketawa si doi bilang "yaaa jangan marah, dan sedang dipikirkan caranya biar gak marah-marah lagi".

Saya sendiri mikir kaya "gue kenapa yaaa segitunya, mulai lebay, aneh, trus gak jelas". Bukan gak mau disalahin emang sepenuhnya saya gak salah...

Kita kembali ke beberapa bulan yang lalu dimana saya gak pernah ngerasa keganggu apapun masalah orang lain. Hidup tenang, hati tenang, pikiran tenang.
Suatu ketika si doi sering menanamkan cemburu mengatasnamakan dia, buat apa? Biar lucu aja katanya. Sampe terakhir saya ngamuk besar ngerasa keterlaluan dan mulai sangat-sangat terganggu. Nah saya merasa cemburu yang si doi tanamkan ke saya itu sekarang sudah mendarah daging (agak lebay gak rela dibilang cemburuan sih).

Trus masalahnya emang ada di saya, dimana saya merasa apapun yang orang itu lakukan jadi annoying, sedangkan orang lain enggak pernah saya pikirin. Karena memang saya gak pernah ditanamin itu ke orang lain...

Saya sendiri mulai muak sama keadaan kaya gini, kaya apa yang dia rasukin ke pikiran saya susah untuk dihilangkan.
Jadi tolong lah mengerti saya, saya juga gak mau kaya gini. Itu juga menggangu saya, tapi apa daya saya tidak bisa menghindari ketidaksukaan itu. Dan hal itu mulai muncul sebagai kebiasaan...

Saya orang yang mudah menunjukan ketidaksukaan saya, dari mimik wajah terutama. Dan saya gak akan ngomong sama orang yang gak saya suka...
Tapi dalam hal ini semua bukan kemauan tapi otak saya yang menuntun untuk melakukan hal itu...
Sekian...